PerhimpunanIndonesia (1924), semula bernama Indische Vereeniging dan didirikan pada 1908, mulanya perkumpulan mahasiswa biasa. Namun ia berubah jadi radikal sejak Nazi-Hitler berkuasa di Jerman pada 1933, kemudian menggetarkan Eropa, dan menduduki Belanda pada 1940. Perhimpunan Indonesia berkembang menjadi organ politik yang gigih dan efektif.
- Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI adalah perkumpulan dari para mahasiswa di Jakarta dan Bandung yang terbentuk sebelum Sumpah Pemuda. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia didirikan pada tahun 1926, tepatnya pada bulan September. Organisasi inilah yang menjadi penggagas dilaksanakannya Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah sejarah singkat PPPI. Baca juga Tujuan Sumpah Pemuda Kenapa PPPI dibentuk? Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI sebenarnya telah ada sejak PPPI baru diresmikan pada September 1926 di Jakarta, guna mewujudkan persatuan di kalangan para pemuda. PPPI dibentuk oleh beberapa mahasiswa Rechtshoogeschool sekolah tinggi hukum dan Stovia sekolah kedokteran, seperti Soegondo Djojopoespito, Suwiryo, Sigit, Suryono, dan Susalit. Tujuan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mencapai kemakmuran bangsa melalui pemerataan hak serta ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, PPPI menginginkan adanya persatuan di kalangan pemuda, sehingga paham kedaerahan dapat dihilangkan. Sejak awal pembentukannya, PPPI berupaya menyatukan berbagai organisasi kepemudaan melalui fusi.
Perhatikanketerangan berikut! Menetapkan lagu "Indonesia Raya" sebagai lagu kebangsaan Indonesia. Membentuk federasi organisasi-organisasi pemuda yang berpusat di Jakarta. Menetapkan bendera Merah Putih sebagai bendera Indonesia. Mengganti slogan "Kemerdekaan Nusa dan Bangsa" menjadi "menjunjung martabat Nusa dan Bangsa".
Rinaldi Afriadi Siregar/SI IV Perhimpunan Indonesia PI merupakan penjelmaan dari Indische Vereeniging yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Negeri Belanda pada tahun 1908. Mereka itu, antara lain Sutan Kesayangan, Notokusumo, Sastrokartono, R. Husein Jayadiningrat, dan Notodiningrat. Pada mulanya hanya bersifat organisasi sosial yang berjuang untuk mengurus kepentingan bersama orang-orang Indonesia yang berada di Negeri Belanda. Kedatangan tiga tokoh Indische Partij di Negeri Belanda tahun 1913 sebagai orang pengasingan, unsur politik mulai masuk dalam tubuh Indische Vereeniging. Setelah Perang Dunia I, jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke Negeri Belanda makin banyak. Hal ini semakin mempengaruhi perkembangan Indische Vereeniging, semangat nasionalisme semakin kuat sehingga sifat organisasi sosial beralih ke organisasi politik. Mereka tidak hanya sekadar menuntut ilmu, tetapi juga berjuang memikirkan nasib bangsanya. Pada tahun 1922, nama Indische Vereeniging diubah menjadi Indonesische Vereeniging, dan pada tahun 1925 menjadi Perhimpunan Indonesia. Untuk menyebarkan semangat perjuangannya, PI menerbitkan majalah Hindia Putra. Dalam majalah bulan Maret 1923 disebutkan asas PI adalah "Mengusahakan suatu pemerintahan untuk indonesia, yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya akan dapat dicapai oleh orang indonesia sendiri bukan dengan pertolongan siapa pun juga; bahwa segala jenis perpecahan tenaga haruslah dihindarkan, supaya tujuan itu lekas tercapai" [1]. Semenjak tahun 1923, PI aktif berjuang bahkan memelopori dari jauh perjuangan kemerdekaan untuk selurh rakyat indonesia dengan berjiwa persatua dari kesatuan bangsa indonesia yang murni dan kompak. Berdasarkan perubahan ini PI keluar dari indonesisch verbond van studeerenden suatu perkumpulan yang bertujuan menggabungkan oranisasi-organisasi mahasiswa indoensia, belanda, indo belanda,dan peranakan cina yang berorientasi ke indonesia dalam satu kerja sama pada taun 1923 karena dianggap tidak perlu lagi. Dalam tahun itu juga diterbitkan suatu buku peringatan PI yang menggemparkan kaum kolonialis belanda gedenkboek 1908-1923 indonesische vereeniging. Langkah selanjutnya dari sikap radikal PI ini ialah mengubah nama majalahnya dari hindia poetra menjadi indonesia merdeka tahun 1924. Meningkatnya aktivitas kearah politik terutama sejak datangnya dua oran mahasiswa kenegri beland, yaitu A. Subardjo tahun 1919 dan mohammad hatta pada tahun 1921, dan keduanya kemudian pernah mengetuai PI. Dengan bertambah banyaknya mahasiswa indonesia yang belajar dinegeri belanda berubahpada kekuatan PI. Pada permulaan tahun 1925 dibuatlah suatu anggaran dasar baru yang merupakan penegasan yang lebih luas lagi dari perjuangan PI. Didalamnya disebutkan bahwa kemerdekaan penuh bagi indonesia hanya akan diperoleh dengan aksi bersama yang dilakukan serentak oleh seluruh kaum nasiolis dan berdasarkan atas kekuatan sendiri. Untuk itu, sangat diperlukan kekompakkan rakyat seluruhnya. Didalam segala penjajahan kolonial, kepentingan antara pihak yang menjajah dengan piha yang dijajah, yang memang sangat bertentangan menjadi masalah penting. Penjajahan itu memang membawa pengaruh yang merusak jasmani dan rohani orang indonesia dan merusak kehidupan lahir batin. Sementara itu kegiatan nya meningkat menjadi nasional-demokratis, non kooperasi dan meninggalkan sikap erja sama dengan kaum penjajah; bahkan menjadi internaional dan anti-kolonial. Di bidang internasional ini PI bertemu dan bekerja sama dengan perkumpulan-perkumpulan dan tokoh-tokoh pemuda serta mahasiswa yang berasal dari negeri-negeri jajahan diasia dan afrika yang mempunyai cita-cita yang samadengan indonesia. PI memang berusaha supaya masalah indonesia medapatkan perhatina dari dunia internasional. Hubungan dengan beberapa organisasi internasional diadakan seperti liga penentang imperialisme dan penindasan kolonial, dan komitmen. Dalam kongres ke 6 liga demokratie internasional untuk perdamaian pada bulan agustus 1926 di paris, moh hatta dengan tegas menyatakan tuntutan utuk kemerdekaan Indonesia[2]. PI menjadi organisasi politik radikal karena pengaruh dar moh hatta dialah yang menyebabkan PI berkembang dan dialah yang merangsang intelektual karena itu PI betujuan untuk 1. Menyadarkan para mahasiswa agar mempunyai komitmenyang bulat tentang persatuan dan kemerdekaan indonesia sebagai elite intelektual dan profesional harus bertanggung jawab untuk memimpin rakyat melawan penjajah. 2. PI harus membuka mata rakyat belanda pemerintah kolonial sangat opresif dan meyakinkan rakyat indonesia tentang kebenaran peruangan kaum nasionalis. 3. Mengembangkan ideologi yang bebas dan kuat iluar pembatasanisam dan komunisme. Sejak tahun 1925 PI mempunyai empat pikirn pokok yang mencakup 1 Kesatuan nasional; mengesampingkan perbedaan berdasarkan daerah dan membentuk kesatuan aksi melawan belanda serta menciptakan negara kebangsaan indonesai yang merdeka dan bersatu. 2 Solidaritas; pertentangan kepentingan antaa penjajah dan mempertajam konflik antara kulit puutih dan sawo matang. 3 Nonkoperasi; kemerdekaan bukan hadiah dari belanda, tetapi harus direbut dengan mengandalkan kekuatan sendiri 4. Swadaya;mengandalkan kekuatan sendiri dengan mengembangkan sturkrur alternatif danlam kehidupan nasional, politik, sosial, ekonomi,dan hukum yang sejajar dengan administrasi kolonial. PI menggabungkan semua unsur itu sebagai satu kebulatanyang belum pernah dikembangkan oleh organisasi-organisasisebelumnya. Mereka percaya bahwa semua orang indonesia dapat menerimanya dan dapat menciptakan gerakan yang kuat dan trpadu untuk memaksakan kemerdekaan dari pihak belanda. Kejadian ini menyebabkan pemerinah belanda bertambah curiga pada PI. Kecurigaan ini bertambah lagi sewaktu moh,. Hatta atas nama PI menandatangani suatu perjanjian rahasia dengan semaun PKI pada tanggal 5 desember1926 yang isinya menyatakan bahwa PKI mengakui kepemimpinan PI dan akan dikembangkan menjadi partai rakyatkebangsaan indonesia.[3] Perjanjian ini, karena dinilai oleh komintern sebagai suatumasalah besar, dibatalkan kembali oleh semaun. Dalam kongers I liga pada bulan februari 1927 diberli yang dihadiri diantara lain oleh wakil-wakil pergerakan dinegeri jajahan, PI yang bertindakatas nama PPPKI diindonesia juga mengirimkan wakil-wakilnya; moh hatta, nazir pamoentjak, gatot dan A . subardjo kongers mengambil keputusan antara lain Kegiatan PI Di kalangan internasional ini menimbulkan reaksi yang kerasari pemerintah belanda. Atas tuduhan "dengan tulisan menghasut dimuka umum untuk memberontak terhadap pemeritah", maka pada tanggal 10 juni 1927 empat anggota PI yaitu Moh hatta, Nazir Pamoentjak, Abdulmadjid Djojoadiningrat dan Al sastroamidjojo ditangkap danditahan sampai tanggal 8 maret 1928 namundalam pemeriksaan disidang pengadilan di den haag tanggal 22 maret1928 akhirnya pengadian membebaskan mereka dari tuduhan setelah dilakukan pembelaan oleh hatta dengan judul "indonesia virj"indinesia merdeka dan tertuduh lainnya didampingi salah seorang pembela duys,seorang sosialis dalam perlemen belanda dari SDAP. Dengan perubahan itu maka terjadi pula perubahan dasar pemikiran dan orientasi pergerakan mereka. Gerakan mereka menjadi radikal dan dengan tegas menginginkan Indonesia merdeka. Untuk mempertegas dasar perjuangannya, pada tahun 1925 Perhimpunan Indonesia mengeluarkan anggaran dasarnya sebagai berikut 1. Perhimpunan Indonesia akan berjuang untuk memperoleh suatu pemerintahan untuk Indonesia yang hanya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia. 2. Kemerdekaan penuh bagi Indonesia akan dicapai dengan aksi bersama dan serentak oleh rakyat Indonesia. 3. Untuk itu sangat diperlukan persatuan nasional yang murni di antara seluruh rakyat Indonesia dalam menentang penjajahan Belanda yang telah merusak kehidupan bangsa Indonesia. Sejak itu tindakannya meningkat, di samping bersifat nasional-demokratis juga menjadi antikolonial. Untuk itu dasar perjuangannya disebarluaskan dan dipropagandakan, yakni mengadakan hubungan dengan pergerakan nasional yang ada di Indoensia, baik langsung maupun tidak langsung. Selain itu, mengadakan hubungan dengan organisasi internasional. Itulah sebabnya Perhimpunan Indonesia juga bekerja sama dengan perhimpunan-perhimpunan dan tokoh-tokoh pemuda serta mahasiswa yang berasal dari negara-negara jajahan di Asia dan Afrika yang mempunyai cita-cita yang sama dengan Indonesia. Untuk mendapatkan perhatian dunia dan mencari dukungan perjuangan Indonesia maka Perhimpunan Indonesia ikut serta dalam organisasi internasional, seperti Liga Demokrasi Internasional di Paris 1926, Liga Penentang Imperialis dan Kolonialisme di Brusel 1927, Kongres Wanita Internasional di Swiss 1927, dan Liga Komintern di Berlin 1927[4]. Aktivitas Perhimpunan Indonesia di Eropa dan pengaruhnya yang makin kuat di Indonesia mulai dicurigai oleh pemerintah kolonial Belanda. Atas tuduhan menghasut untuk memberontak terhadap pemerintah maka pada pada tanggal 10 September 1927 ke empat tokoh Perhimpunan Indonesia, yaitu Moh. Hatta, Nasir Datuk Pamuncak, Abdulmajid Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan diadili. Di dalam pemeriksaan sidang pengadilan di Den Haag pada bulan Maret 1928, mereka terbukti tidak bersalah sehingga dibebaskan. Namun, gerakan Perhimpunan Indonesia terus diawasi dengan ketat. Di tanah air pengaruh Perhimpunan Indonesia sangat kuat, dan berdasarkan ilham dari perjuangan Perhimpunan Indonesia, maka berdirilah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI tahun 1926, Partai Nasional Indonesia PNI tahun 1927, dan Jong Indonesia Pemuda Indonesia tahun 1928. Notes [1] Andi taher 1985 sejarah kebangkitan nasional. [2] Prof. Dr suhartono1994. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi. [3] Poesponegoro. Djoened Nasional Indonesia, Jakarta Balai Pustaka. Daftar Pustaka [1] Prof. Dr. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi. Yogyakarta Pustaka Pelajar Poesponegoro. [2] Djoened Marwati. 2008. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta Balai Pustaka.
AntaraPPPI di Indonesia dengan PI di negeri Belanda terdapat hubungan batin yang erat, walaupun pelaksanaannya ternyata dalam keadaan penuh bahaya, dan karenanya PI di negeri Belanda menerbitkan majalah bernama "Indonesia Merdeka" yang penuh berisi artikel-artikel yang mengupas masalah persatuan bangsa, hak mengatur diri sendiri, non
Tujuan Perhimpunan Indonesia – Perhimpunan Indonesia PI adalah sebuah organisasi pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah Indonesia sebagai nama organisasinya. Bahkan Perhimpunan Indonesia disebut sebagai pelopor kemerdekaan bangsa Indonesia kancah internasional. Sebagai organisasi pergerakan nasional revolusioner, Indische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia dibentuk sebagai wadah perkumpulan para mahasiswa Indonesia yang berada di Belanda. Akan tetapi, seiring dengan perjalanan waktu, nasionalisme Indonesia telah berkembang dan mendorong Perhimpunan Indonesia untuk mulai bergerak di bidang politik dengan mengusung tujuan untuk memperjuangkan kedaulatan Republik Indonesia salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan berperang melawan fasisme. Bagaimana latar belakang terbentuknya Perhimpunan Indonesia? Apa tujuan Perhimpunan Indonesia berdiri? Agar lebih jelas, berikut penjelasan tentang tujuan Perhimpunan Indonesia atau Indische Vereeniging. Sejarah Berdirinya Perhimpunan IndonesiaTujuan Perhimpunan Indonesia DibentukPerkembangan Perhimpunan IndonesiaBuku Terkait Sejarah IndonesiaMateri Terkait Sejarah Indonesia Sejarah Berdirinya Perhimpunan Indonesia Sumber Perhimpunan Indonesia adalah suatu organisasi yang sifatnya sosial budaya dan digunakan untuk menjadi tempat saling bertukar pikiran tentang isu-isu yang terjadi di Indonesia saat itu. Organisasi Perhimpunan Indonesia diprakarsai oleh mahasiswa Indonesia yang sedang berada di Belanda untuk menuntut ilmu yaitu Sutan Kasayangan dan Noto Suroto. Atas inisiatif dari kedua tokoh tersebut, maka pada 25 Oktober 1908 dibentuklah organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda dengan nama organisasi Indische Vereeniging. Organisasi ini membuka dan memberikan peluang besar bagi mahasiswa yang ingin bergabung sebagai anggota Perhimpunan Indonesia. Pada awalnya, Indische Vereeniging dibentuk sebagai organisasi mahasiswa biasa. Akan tetapi sejak masuknya tiga serangkai dalam organisasi ini yaitu Suwardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Douwes Dekker di tahun 1913, Indische Vereeniging mulai fokus pada ranah politik serta isu yang terjadi di Indonesia. Bergabungnya ketiga serangkai pada Indische Vereeniging sempat menimbulkan berbagai pertentangan pada internal organisasi ini. Noto Suroto menilai, bahwa Hindia Belanda Indonesia tidak memerlukan perlindungan dari pihak militer Belanda, akan tetapi bagi tiga serangkai, argumentasi dari Noto Suroto tidak dapat diterima. Sebab tiga serangkai beranggapan bahwa Indonesia masih membutuhkan bantuan untuk mendapatkan kemerdekaan dalam partisipasi politik serta pendidikan. Dengan berkembangnya nasionalisme, bangsa Indonesia kemudian mulai mampu merubah pandangan Indische Vereeniging tentang Indonesia yang dianggap membutuhkan pihak militer Belanda. Kemudian pada tahun 1916, terbitlah majalah berkala bernama Hindia Poetra yang tujuannya adalah untuk mempublikasi ide-ide nasionalis. Sebagai pelopor dari kemerdekaan Indonesia pada kancah internasional, Perhimpunan Indonesia telah mencetak sejarah unik sebagai organisasi dari anak bangsa pertama yang menggunakan istilah Indonesia pada nama organisasinya setelah melalui beberapa kali proses perubahan nama. Seperti yang diketahui, bahwa pada mulanya Perhimpunan Indonesia hadir dengan nama Indische Vereeniging, lalu nama organisasi ini berubah menjadi Indonesische Vereeniging setelah diadakan pertemuan di antara Perhimpunan Indonesia dengan partai politik besar di Indonesia yaitu Sarekat Islam dan Boedi Oetomo di Belanda. Pertemuan antara Perhimpunan Indonesia dengan partai politik tersebut banyak membahas agenda-agenda politik. Selama pertemuan, ada kejadian menarik di mana Soerjopoetro menggunakan kata Indoensiae Indonesia dan Indonesiers orang Indonesia selama pertemuan tersebut berlangsung. Momen menarik tersebut tertulis pada majalah Hindia Poetra Tahun 1917 dan dari tulisan tersebutlah kata Indonesia kemudian menjadi populer di kalangan mahasiswa sebagai kata pengganti Indie atau Hindia dan Inders atau orang Hindia yang dinilai dapat merendahkan bangsa Indonesia. Sejak mengalami perubahan nama menjadi Indonesische Vereeniging di tahun 1922, organisasi Perhimpunan Indonesia pun semakin memantapkan haluannya pada bidang politik. Sejak perubahan nama itu pula, untuk pertama kalinya kata Indonesische makna secara politis. Lalu pada tahun 1925, sejak Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Iwa Kusuma Sumantri, JB Sinatala, Sastromulyono, Mochammad Hatta dan D. Mangunkusumo, organisasi Indonesische Veneering kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Selain adanya perubahan nama, organisasi ini juga merubah pengurus dan membuat simbol baru yaitu merah yang artinya adalah penting. Simbol ini adalah untuk memperjelas identitas serta ideologi dari bangsa Indonesia, sekaligus untuk menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki kepribadiannya sendiri. Kemudian sejak Mohammad Hatta diangkat menjadi Voorzitter atau ketua Perhimpunan Indonesia pada tahun 1926 hingga 1930, organisasi ini mulai memperlihatkan adanya perubahan. Perhimpunan Indonesia kemudian lebih memperhatikan perkembangan perkembangan pada pergerakan nasional di Indonesia dengan memberikan banyak komentar pada media massa di Indonesia. Ketua umum Partai Komunis Indonesia yang pertama yaitu Semaun bahkan datang pada Hatta sebagai pimpinan Perhimpunan Indonesia untuk menawarkan pimpinan pada pergerakan nasional secara umum pada Perhimpunan Indonesia. Akan tetapi Hatta tidak menerima tawaran ini dan tawaran dibatalkan oleh Stalin. Sejak dipimpin oleh Hatta, Perhimpunan Indonesia semakin menggalakan rencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri Belanda. Sumber Tentu saja, Perhimpunan Indonesia dibentuk untuk mencapai suatu tujuan yang ingin diraih bersama dengan para anggotanya. Menurut laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud bahwa kegiatan politik yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Indonesia rupanya sangat menarik perhatian dunia internasional. Salah satu aksi yang paling dikenal dari agenda Perhimpunan Indonesia adalah manifesto politik yang dikeluarkan di tahun 1925. Kegiatan manifesto politik tersebut memiliki dampak yang cukup besar, hingga membuat pemerintah Belanda merasa terancam akan keberadaan organisasi Perhimpunan Indonesia. Sebab, tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa organisasi yang mulanya didirikan dengan mengusung sifat sosial justru berubah menjadi organisasi pergerakan nasional. Bahkan Perhimpunan Indonesia juga turut aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional. Dari perubahan nama organisasi ini saja yang menggunakan istilah Indonesia di dalamnya telah menunjukan sifat radikal yang menuntut agar Tanah Air Indonesia segera merdeka. Perubahan nama tidak hanya terjadi pada nama organisasi saja, akan tetapi juga pada majalah terbitan Perhimpunan Indonesia yang mulanya bernama Hindia Putra kemudian berubah nama menjadi Indonesia Merdeka dengan semboyan Indonesia merdeka, sekarang!’ Sifat organisasi Perhimpunan Indonesia pun turut mengalami perubahan yang cukup drastis, dari yang mulanya organisasi sosial berubah menjadi organisasi politik dan mengambil keputusan memegang prinsip non-kooperasi. Pada tahun 1923,Perhimpunan Indonesia mengeluarkan Deklarasi Perhimpunan Indonesia yang diterbitkan pada majalah Hindia Putra. Pada deklarasi tersebut, Perhimpunan Indonesia menggunakan kata Bangsa Indonesia yang menunjukan cita-cita dari Perhimpunan Indonesia untuk negara Indonesia sebagai negara baru yang merdeka. Kemudian pada tahun 1925, deklarasi tersebut berkembang dan menjadi manifesto politik. Sebab Perhimpunan Indonesia meyakini bahwa hanya kemerdekaan lah yang dapat mengembalikan harga diri bangsa Indonesia. Manifesto politik ini sempat membuat pihak Belanda merasa terancam, sebab tidak ada pihak yang menyangka bahwa organisasi Perhimpunan Indonesia yang mulanya adalah organisasi sosial berubah menjadi organisasi pergerakan nasional. Perkembangan teknologi media cetak serta jurnalisme memiliki peran penting dalam menyebarkan manifesto politik. Ide tersebut tentang persatuan, nasionalisme yang digagas oleh Perhimpunan Indonesia tidak hanya beredar di Belanda saja, akan tetapi juga beredar di Indonesia. Sebagai dampaknya, ide tersebut mempengaruhi organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Pejuang kemerdekaan di Indonesia pun menjadi sadar, bahwa mereka adalah bangsa yang satu meskipun berbeda suku bangsa serta agama. Kesadaran inilah yang akhirnya memunculkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Dari gerakan dan agenda yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Indonesia, dapat diketahui bahwa tujuan Perhimpunan Indonesia adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dalam rangka memperoleh pemerintahan Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap para rakyat Indonesia dan tidak termasuk Belanda. Berdasarkan tujuan tersebut, Iwa Kusuma Sumantri menyampaikan, bahwa ada tiga hal pokok yang merangkum tujuan Perhimpunan Indonesia, di antaranya adalah 1 Indonesia ingin menentukan nasibnya sendiri, 2 bangsa Indonesia harus bersatu melawan Belanda, 3 bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia melakukan beberapa kegiatan serta perlawanan. Selain perlawanan dengan manifesto politik yang cukup terkenal, Perhimpunan Indonesia juga ikut melawan Nazi. Sejak Hitler memiliki kekuasaan di Jerman pada tahun 1933, lalu Hitler menguasai Eropa dan menduduki Belanda di tahun 1940, Perhimpunan Indonesia turut menunjukan sifat radikalnya dengan mengajak para mahasiswa Indonesia untuk melawan fasisme. Pada masa tahun 1940-an, Perhimpunan Indonesia bersekutu dengan beberapa media asal Belanda seperti Vrij Nederland, Het Parool, De Waarheid, dan De Vrije Katheder untuk mencetak koran secara ilegal yang tujuannya adalah untuk melawan fasisme. Selain itu, Perhimpunan Indonesia juga aktif dalam kegiatan politik anti Nazi dengan merekrut, berkoordinasi dan mengarahkan para mahasiswa dengan ikut membagikan pamflet serta berupaya untuk melindungi orang-orang yang menjadi target serangan Nazi. Perhimpunan Indonesia menilai, bahwa kerjasama yang dilakukan dengan pihak Belanda adalah sebuah upaya untuk menyelamatkan kemanusiaan dari segala tindakan sadis Nazi. Selain itu, Perhimpunan Indonesia juga menilai bahwa kemerdekaan Indonesia dapat diraih apabila fasisme dapat diperangi. Akan tetapi ternyata usaha tersebut dienyahkan oleh pihak pemerintah Belanda begitu saja. Selain dengan mengupayakan kerjasama dengan Belanda, masalah krusial yang dihadapi oleh Perhimpunan Indonesia adalah bagaimana caranya untuk menyadarkan sesama bangsa Indonesia yang berada di Belanda untuk ikut serta dalam memerangi fasisme. Seruan ini sampai ke telinga para pelaut Indonesia yang saat itu bekerja di kapal perusahaan Belanda. Karena kekuasaan Jerman, banyak dari para pelaut yang menganggur, sehingga mereka menjadi target dari penyuluhan para mahasiswa Perhimpunan Indonesia. Sayangnya, ada beberapa anggota Perhimpunan Indonesia yang menjadi korban dari kekejaman Nazi, di antaranya adalah Djajeng Pratomo dan sang adik, Gondho yang menjadi pekerja paksa di kamp Dachau, akan tetapi pada akhirnya selamat. Selain itu ada tiga orang yang tewas di kamp dan satu orang tewas karena ditembak oleh polisi Nazi ketika sedang menyebarkan pamflet di Leiden yaitu Irawan Surjono. Perkembangan Perhimpunan Indonesia Sumber Aktivitas Perhimpunan Indonesia semakin meningkat ketika Mohammad Hatta dan Ahmad Subarjo ikut bergabung dalam kepengurusan Perhimpunan Indonesia. Keduanya menegaskan, bahwa tujuan Perhimpunan Indonesia adalah Indonesia merdeka yang akan dicapai dengan aksi bersama. Mereka juga mendapatkan dukungan internasional dari negara lain, seperti Organisasi internasional seperti Liga Penentang Imperialisme, Liga Demokrasi Internasional dan penindasan kolonial, sehingga Perhimpunan Indonesia dapat aktif dalam kegiatan organisasi internasional yang menentang aktivitas para penjajah. Tidak hanya di Belanda dan di luar Belanda saja, organisasi Perhimpunan Indonesia juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Indonesia. Banyak organisasi pergerakan nasional berdiri sebab mereka terinspirasi dari Perhimpunan Indonesia. Organisasi yang terinspirasi tersebut adalah Partai Nasional Indonesia PNI, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia PPPI dan Jong Indonesia Pemuda Indonesia. Meskipun perjuangan yang dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia sifatnya adalah internasional, akan tetapi dampak yang dirasakan dalam lingkup nasional di tanah air. Sejak bergabungnya Mohammad Hatta dalam Perhimpunan Indonesia PI, ia juga berhasil merangsang para rekan intelektual yang lain serta menumbuhkan semangat nasionalisme untuk ikut menentang penjajahan pada Belanda. Sikap politik dari PI yang cukup radikal kemudian dapat dilihat melalui usaha-usahanya seperti berikut ini. Perhimpunan Indonesia harus membuka mata rakyat Belanda, bahwa pemerintahan kolonial bersikap sangat ofensif. Perhimpunan Indonesia juga harus meyakinkan rakyat Indonesia mengenai kebenaran dari perjuangan kaum nasionalis. Mengembangkan ideologi yang bebas serta kuat yang berada di luar pembatasan Islam dan komunis. Menyadarkan para mahasiswa, agar mereka memiliki komitmen yang cukup bulat akan persatuan dan kemerdekaan Indonesia, menyadarkan para mahasiswa untuk ikut bertanggung jawab untuk memimpin rakyat dalam melawan para penjajah. Kegiatan utama PI dalam bidang politik adalah menyebarluaskan semangat persatuan nasional yang bertujuan untuk menentang penjajahan Belanda. Penyebarluasan rasa semangat tersebut dapat dilakukan oleh PI melalui majalahnya yaitu Hindia Putra atau Indonesia Merdeka. Tentu saja, perjuangan politik yang dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia tidak terbatas hanya di Belanda saja akan tetapi juga di internasional. Contohnya seperti Kongres Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang diadakan di Paris diikuti oleh para tokoh PI pada Agustus tahun 1926. Pada kongres yang dihadiri oleh tokoh PI, kongres ikut menyokong perjuangan dari PI untuk mencapai Indonesia merdeka. Karena agenda-agenda politik tersebut, beberapa tokoh PI kemudian ditangkap karena menentang penjajahan Belanda dengan cukup keras. Beberapa tokoh yang ditangkap adalah Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Ali Sastroamidjojo dan Abdul Madjid Djojodiningrat. Keempat tokoh tersebut dituntut di muka pengadilan di Den Haag pada tahun 1928 dan dibebaskan karena tidak ada bukti yang cukup. PI memiliki peranan penting dalam pergerakan di Indonesia. Pertama, Perhimpunan Indonesia berperan sebagai pendobrak psikologis serta kekuasaan dengan sistem kolonial. Kemudian kedua, PI juga memiliki peran sebagai ideologi sekuler yang mendorong rasa semangat dalam kebangsaan. Peran PI yang ketiga adalah sebagai penyatu unsur golongan dalam organisasi. Keempat, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi pertama yang menggunakan kata Indonesia sebagai nama organisasi penamaan tersebut adalah wujud pengembangan jati diri nasional bangsa Indonesia. Terakhir, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi kebangsaan yang orisinal ketika membuat ideologi Indonesia untuk segera merdeka dan mandiri. Itulah penjelasan tentang tujuan Perhimpunan Indonesia yang menjadi manifesto politik dan berhasil membuat pemerintah Belanda merasa khawatir dengan pergerakan dari organisasi PI ini. Apabila Grameds ingin mempelajari organisasi-organisasi pergerakan bangsa Indonesia yang lain, seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Partai Nasional Indonesia dan lainnya, maka Grameds bisa mempelajarinya dengan membaca buku yang tersedia di Penulis Khansa Baca juga ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
SekolahTinggi Teknik, Bandung. Pembahasan: Indische Vereeniging merupakan organisasi pergerakan nasional yang dibentuk oleh mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda pada 22 Desember 1908. Tokoh Indische Vereeniging R.P. Sosrokartono, R. Husein Djajadiningrat, R.N. Noto Suroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro
Pendirian PPPI Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia dipengaruhi oleh organisasi? Indische Partij Indische Vereneging Perhimpunan Indonesia Budi Oetomo Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah B. Indische Vereneging. Dilansir dari Ensiklopedia, pendirian pppi perhimpunan pelajar-pelajar indonesia dipengaruhi oleh organisasi Indische Vereneging. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. Indische Partij adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. Indische Vereneging adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. [irp] Menurut saya jawaban C. Perhimpunan Indonesia adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. Budi Oetomo adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. Indische Vereneging. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
PerhimpunanIndonesia Indische Vereeniging. Perhimpunan Indonesia didirikan tahun 1908 oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Mereka antara lain: R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadiningrat, R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya Perhimpunan Indonesia
Politik Etis yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda ternyata berdampak positif terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Dibukanya kesempatan untuk mengenyam pendidikan dengan lebih luas, menghasilkan banyak kaum terpelajar baru pribumi. Kaum terpelajar inilah yang nantinya akan menjadi "motor" pergerakan nasional. Mereka membentuk organisasi-organisasi dalam melakukan pergerakan. Salah satunya adalah Indische Vereeniging yang dibentuk oleh para mahasiswa pribumi yang bersekolah di negeri Belanda. Dalam perjalannya, Indische Vereeniging mengalami dua kali perubahan nama. Perubahan nama pertama terjadi pada tahun 1922 dengan nama baru menjadi Indonesiche Vereeniging, organisasi tersebut menjadi lebih aktif dalam bidang perpolitikan. Perubahan nama kedua terjadi pada tahun 1925, pada saat dipimpin oleh Soekiman Wirjosadjojo, berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia. Dengan demikian, dapat kita ketahu bahwa Indonesiche Vereeniging berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925. Jadi jawaban yang tepat adalah D
Hubunganantara agama dan negara begitu banyak memberikan dampak positif bagi kehidupan beragama di Indonesia. Namun, jika kita tilik lebih jeli mengenai hubungan keduanya terkadang terdapat hal negative yang bisa saja ditandai adanya keterbatasan sesuai peraturan dari yang ditetapkan pemerintah, maupun norma dan nilai-nilai yang ditetapkan
Tahun 1864 pemerintah Hindia Belanda membuka kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk mengenyam pendidikan. Kesempatan tersebut berdampak pada banyaknya lulusan yang dihasilkan. Sementara sekolah tak lagi mencukupi kebutuhan para lulusan yang ingin melanjutkan studi ke tingkat yang lebih tinggi. Maka sejak awal abad ke-20 mulai banyak pemuda-pemuda Indonesia pergi ke Belanda untuk meneruskan studi di perguruan tinggi. Meningkatnya jumlah mahasiswa yang datang ke Belanda memunculkan kebutuhan untuk masuk dalam sebuah perkumpulan. Gagasan untuk menggabungkan diri dengan Boedi Oetomo dan Indische Partij, ternyata kurang sesuai. Dibutuhkan organisasi yang tidak hanya menaungi golongan priyayi, golongan Indo Belanda atau etnis tertentu. Maka pada tahun 1908 didirikan Indische Vereeniging oleh mahasiswa Indonesia di Belanda, Noto Soeroto dan Sutan Kasayangan menjadi pelopor pendirian organisasi tersebut. Awalnya Indische Vereeniging bukan merupakan organisasi politik, hanya sebuah perkumpulan sosial tempat para mahasiswa melewatkan waktu senggangnya. Meski berawal dari sebuah perkumpulan sederhana pendirian Indische Vereeniging ini memiliki arti penting. Pertama, Indische Vereeniging membuka pintu keanggotaan bagi seluruh mahasiswa Indonesia di Belanda. Kedua, Indische Vereeniging bukanlah perkumpulan biasa, karena dalam pasal kedua Anggaran Dasar Indische Vereeniging jelas disebutkan “memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari Indiers di negeri Belanda dan mengadakan hubungan dengan Hindia Belanda”. Mulanya Indische Vereeniging merupakan organisasi mahasiswa bersifat sosial-budaya yang menaungi para pemuda Indonesia di negeri Belanda. Indische Vereeniging mulai meluaskan wawasannya kepada persoalan Tanah Air dan memasuki bidang politik sejak bergabungnya Suwardi Soerjaningrat, Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Douwes Dekker tahun 1913, pada saat tokoh Tiga Serangkai tersebut diasingkan di Belanda. Bergabungnya Tiga Serangkai ke dalam Indische Vereeniging menimbulkan berbagai pertentangan di antara anggota Indische Vereeniging. Pertentangan antara ide asosiasi yang dibawa oleh Noto Soeroto dan ide nasionalisme yang dibawa Indische Partij menjadi bahan perdebatan. Noto Soeroto beranggapan bahwa Hindia Belanda memerlukan perlindungan militer dari Pemerintah Kolonial Belanda. Bagi Tiga Serangkai terutama Douwes Dekker dan Tjipto ide-ide asosiasi yang dibawa oleh Noto Soeroto tidak bisa diterima. Menurut mereka Indonesia membutuhkan penghormatan yang lebih dari itu. Indonesia tidak membutuhkan perlindungan militer dari pemerintah Kolonial Belanda. Indonesia membutuhkan kemerdekaan yang terutama dalam bidang pendidikan dan partisipasi politik. Semangat zaman yang mulai berubah mampu mengubah pandangan Indische Vereeniging tentang pemerintah Belanda sebagai pelindung Hindia Belanda. Ide nasionalis yang dibawa oleh Suwardi juga mampu menumbuhkan keinginan untuk mengadakan publikasi. Tahun 1916 terbitlah majalah berkala Hindia Poetra. Tanggal 14 April 1917, Indische Vereeniging mengadakan pertemuan dengan partai politik Indonesia seperti Sarekat Islam dan Boedi Oetomo di Belanda. Karena pertemuan tersebut melibatkan partai politik maka sebagian besar diskusi mengandung unsur politis. Terdapat sebuah fakta menarik yaitu digunakannya kata Indonesie Indonesia dan Indonesiers orang Indonesia oleh Soerjopoetro selama pertemuan berlangsung. Laporan ini secara jelas dituliskan dalam majalah Hindia Poetra No. 9 tahun 1917. Kemudian kata tersebut menjadi populer di kalangan mahasiswa sebagai kata pengganti Indie Hindia dan Indiers orang Hindia yang sangat merendahkan kedudukan orang Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 1922, organisasi tersebut berubah menjadi Indonesische Vereeniging. Dengan demikian penggunaan kata Indonesia secara politis mulai dipakai sejak tahun 1922, untuk menggantikan nama Hindia Belanda’. Sejak berubahnya nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging tahun 1922, organisasi Indonesische Vereeniging semakin berhaluan politik. Untuk pertama kali kata Indonesische dimaknai secara politis. Penggunaan nama Indonesia memiliki arti penting. Pertama, untuk menunjukkan identitas bangsa, bahwa disuatu tempat di atas muka bumi ini ada sebuah bangsa bernama Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki kepribadian sendiri, tidak dapat disamakan dengan kepribadian bangsa Belanda. Ketiga, kata Indonesia menunjukkan tujuan ke arah pembentukan negara nasional yang lebih tegas. Kontributor Zulfa Nurdina Fitri Sumber Atiqoh & Sardiman. 2016. Perhimpunan Indonesia sebagai Organisasi Pergerakan Indonesia yang Revolusioner 1922-1930. Risalah, 2 6. Ingleson, John. 1986. “Perhimpunan Indonesia and The Indonesian Nationalist Movement.” Nin Bakdisoemanto. Perhimpunan Indonesia dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta Temprint. Madeleon Djajadiningrat-Nieuwenhuis. 1993 “Noto Soeroto His Ideas and the Late Colonial Intellectual Climate”, Indonesia, [Tanpa Volume], No. 55. hlm. 41-72. Nagazumi, Akira,” Masa Awal Pembentukan “Perhimpunan Indonesia”, Kegiatan Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda, 1916-1917,” dalam Akira Nagazumi ed 1986. Indonesia Dalam Kajian Satjana Jepang. Perubahan Sosial-Ekonomi Abad XIX & XX dan Berbagai Aspek Nasionalisme Indonesia. Jakarta Yayasan Obor Indonesia. Sudiyo. 2004. Perhimpunan Indonesia. Jakarta Bina Adiaksara.
lLqvt. y10t8m5aw1.pages.dev/460y10t8m5aw1.pages.dev/44y10t8m5aw1.pages.dev/280y10t8m5aw1.pages.dev/344y10t8m5aw1.pages.dev/497y10t8m5aw1.pages.dev/401y10t8m5aw1.pages.dev/508y10t8m5aw1.pages.dev/464
jelaskan hubungan antara indische vereeniging dan pppi